TABANAN – VISIBALI.COM. Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemampuan pengelola Daerah Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih, Lembaga Open Mind Institute bekerja sama dengan pengelola DTW Jatiluwih mengadakan pelatihan, pada Kamis (14/11/2024) yang bertema ‘Cerdas Bermedia Sosial untuk Jatiluwih yang Berkualitas.’
Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi para pengelola wisata tentang pentingnya memahami aspek etika dan hukum dalam penggunaan media sosial, sehingga dapat mendukung pengembangan Jatiluwih sebagai destinasi wisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Dewan Penasehat Desa Wisata Jatiluwih, Trisno Nugroho, salah satu narasumber dalam acara ini, menyampaikan bahwa DTW Jatiluwih kini menjadi salah satu destinasi Ecotourism yang semakin diminati oleh wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Dengan latar belakang sawah terasering yang dikelola dalam sistem subak tradisional, daya tarik Jatiluwih tidak hanya terletak pada keindahan alamnya, tetapi juga pada nilai budaya yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.
“Ini adalah salah satu destinasi wisata yang sekarang mulai banyak diminati karena memang Ecotourism dengan sawah yang dikelola sistem subak sebagai daya tarik utama. Predikat warisan budaya dunia dari UNESCO juga semakin memperkuat posisi Jatiluwih di mata wisatawan asing. Saat ini, kunjungan bisa mencapai 1.000 hingga 1.500 orang per hari, bahkan pada periode tertentu bisa mencapai 2.000 hingga 3.000 kunjungan per hari,” ungkap Trisno.
Menurutnya, dengan semakin meningkatnya popularitas Jatiluwih di media sosial, diperlukan kesadaran akan pentingnya konten yang mencerminkan etika serta mematuhi aspek hukum, seperti hak cipta.
“Hari ini kita bersama pengelola Jatiluwih berbagi pandangan tentang bagaimana memanfaatkan media sosial dengan bijak dan positif, serta tetap memperhatikan etika dan hak cipta. Dengan media sosial yang berkembang pesat, kita harus mampu menyajikan konten yang membangun citra positif Jatiluwih,” tambahnya.
Dalam pelatihan ini, ia menyampaikan harapannya agar para pengelola DTW Jatiluwih dapat terus belajar dan meningkatkan kualitas pengelolaan media sosialnya. Hal ini penting untuk menjaga citra Jatiluwih sebagai destinasi wisata alam yang eksotis dan berkualitas.
“Semoga teman-teman pengelola Jatiluwih bisa terus belajar dan berkembang. Hari ini kita memberikan materi terkait etika dan hukum dalam bermedia sosial, dan kegiatan seperti ini diharapkan bisa terus berlangsung secara rutin. Tujuannya adalah agar Jatiluwih dapat semakin naik kelas dan menjadi destinasi wisata yang dikenal luas,” ujarnya.
Pihaknya ingin agar pengelola Jatiluwih tidak hanya belajar dari internal, tetapi juga bisa mengikuti berbagai acara di luar pelatihan ini. Dengan pemahaman yang baik mengenai media sosial, keindahan Jatiluwih ini bisa lebih banyak dinikmati orang di seluruh dunia.
Lebih jauh, Trisno Nugroho juga mengapresiasi peran pemerintah daerah dalam mendukung pengembangan wisata di Jatiluwih. Ia berharap sinergi antara pemerintah, pengelola wisata, dan masyarakat, khususnya petani, dapat terus terjalin agar sektor pariwisata ini bisa membawa manfaat langsung bagi kesejahteraan masyarakat setempat.
“Semoga pemerintah daerah bisa terus mendukung dan menjaga persamaan kepentingan dengan para petani agar mereka lebih maju. Tentunya, jika petani sejahtera, pariwisata juga akan berkembang. Selain sawah dan alam, kita bisa juga lebih mengangkat potensi kuliner serta budaya lokal,” jelasnya.
Trisno Nugroho juga menambahkan Jatiluwih memiliki potensi besar untuk mengembangkan atraksi wisata berbasis budaya.
“Kemarin sudah sempat ada festival subak, dan ke depannya semoga bisa diadakan festival-festival lainnya yang akan menarik lebih banyak wisatawan. Dengan adanya kegiatan seperti ini, kita berharap Jatiluwih bisa terus menjadi destinasi wisata yang berkelas dunia dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat lokal,” ucapnya.
Selain Trisno Nugroho, pelatihan ini juga menghadirkan narasumber lain yang memiliki latar belakang jurnalistik Arief Wibisono. Ia memberikan edukasi mengenai teknik penulisan jurnalistik dan kerangka acuan dalam membuat konten yang efektif dan beretika, sehingga bisa terus mendukung branding positif bagi DTW Jatiluwih.
Adanya pelatihan ini, kata Arief Wibisono, diharapkan pengelola DTW Jatiluwih semakin memiliki kesadaran untuk bermedia sosial dengan cerdas dan etis, sehingga daya tarik wisata Jatiluwih dapat terjaga sekaligus terus menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
“Penting bagi pengelola DTW Jatiluwih ataupun masyarakat untuk memahami etika dalam bermedia sosial. Tujuannnya agar jangan sampai terjebak dalam persoalan hukum, apalagi ini menyangkut citra pariwisata di Jatiluwih,” katanya, seraya menambahkan info yang positifpun bisa menjadi viral, tergantung bagaimana kita mengkemasnya. (*/red)